Universitas Islam Jember

Pemilu Damai, Tokoh Agama Angkat Bicara

KOMPAK: Para tokoh lintas agama di Jember berbicara soal pemilu dalam simposium di Alua Kampus 2 Universitas Islam Jember, Senin kemarin. (Foto.Humas UIJ for Radar Jember)

SUMBERSARI– Lima tokoh agama di Kabupaten Jember angkat bicara mengenai pemilu damai tahun 2019. Kelima tokoh tersebut bertemu di acara Simposium Tokoh Lintas Agama yang berlangsung di Kampus 2 Universitas Islam Jember (UIJ) JL Tidar 19, Sumbersari, Jember, Senin (14/1) kemarin.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UIJ bekerja sama dengan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Kelima tokoh agama diwakili oleh KH Abdul Muis Shonhaji MSi (Islam), Mangku Nengah Sukarya (Hindu), Bikhsu Tejapunno MT (Budha), Romo Henrikus Suwaji OCarm (Katolik), dan Dr Doni Haryanto MTh (Kristian). Setiap tokoh yang mewakili, masing-masing memberikan tanggapan tentang pemilu damai di tahun 2019.

Menurut KH Abdul Muis Shonhaji, perbedaan agama di Indonesia mampu menciptakan kenyamanan yang luar biasa. Akan tetapi, kata dia, perbedaan tersebut juga bisa menjadi suatu kekhawatiran yang dapat mengancam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Karenanya, lanjut dia, Islam garis tengah harus mampu dipertahankan. “Sebab, kalau tidak dipertahankan, Indonesia akan hancur 10 atau 50 tahun ke depan,” tegasnya.

Selain itu, Gus Muis, nama akrabnya, menyampaikan bahwa sistem politik di Indonesia perlu diperbaiki. Sebab, politik di Indonesia terlalu fulgar dan lebih demokrasi dibanding Amerika. Untuk itu, hal ini menurut dia merupakan potensi terjadinya konflik. “Pemilu seharusnya melahirkan politikus dan negarawan yang juga memikirkan kehidupan bangsanya,” jelasnya.

Sementara itu, Dr Doni Haryanto, tokoh Kristiani, mengatakan bahwa penganut agama masing-masing harus sadar Indonesia itu adalah negara kesatuan. Sehingga tidak mudah dipecah belah dalam urusan berpolitik. Sebab pada dasarnya, lanjut dia, negara ini telah diwarisi Pancasila yang dapat mempersatukan perbedaan. “Dalam Kristian, jika ada yang intoleransi pun, kami juga berkewajiban untuk mengasihi,” jelasnya.

Dalam Agama Katholik, menurut Romo Henrikus, kalau mau jadi orang Katolik harus hidup bersama dengan mereka yang berbeda keyakinan. Kata dia, kesejahteraan harus bersama, bukan berkelompok. “Bahkan kehidupan antarumat harus saling menaruh rasa kepercayaan,” tuturnya.

Menurut tokoh Hindu, Mangku Nengah Sukarna, agar pemilu tetap damai, maka pada intinya tokoh antaragama harus hidup dalam kedamaian. Karena pada kenyataannya, kata Mangku Sukarya, setiap agama mengajarkan kedamaian. Sehingga masyarakat memiliki panutan yang bisa mengajari tentang kedamaian. “Tapi pada kenyataannya kami tokoh agama hidup dengan damai semua kan?” ujarnya.

Urusan memilih pemimpin, Bikhsu Tejapunno mengatakan bahwa memilih pemimpin harus dengan niat yang baik. Serta menurut dia, dalam agama Budha pemimpin harus murah hati, memiliki moral yang baik, rela berkorban, dan memiliki ketulusan hati. Sehingga nantinya Indonesia akan memiliki pemimpin yang lebih baik.(sh/c2/hdi)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Konten dilindungi ...
0
Anda suka tulisan ini.? Silahkan komenx
()
x