Universitas Islam Jember

Imam Bukhori Muslim, Mahasiswa UIJ Berprestasi

PEMUDA GIGIH: Imam Bukhori Muslim, mahasiswa UIJ ini dinobatkan sebagai pemuda berprestasi 2018 lantaran produk olahan buah salak buatannya. Foto. MAHRUS SHOLIH/RADAR JEMBER

Olah Salak Tanpa Limbah, Omset Rp 18 juta/bulan

Imam Bukhori Muslim dinobatkan sebagai pemuda berprestasi dalam Diplomat Success Challange (DSC) 2018. Penghargaan diraihnya karena berhasil mengolah buah salak menjadi berbagai produk tanpa menyisakan limbah. Tapi siapa sangka, ada kisah pedih yang melatarbelakangi kesuksesannya tersebut.

MAHRUS SHOLIH, Puger.

Pemuda bertubuh tambun yang terlihat dari dekat ini sepertinya tak ada yang istimewa. Penampilannya nampak biasa-biasa saja. Namun siapa duga, pemuda bernama Imam Bukhori Muslim ini adalah satu dari tujuh pengusaha muda yang menjuarai kompetisi Diplomat Success Challange (DSC) 2018. Dia mengungguli 8.000 ribu pengusaha startup lainnya yang menjadi peserta dalam kompetisi itu.

Padahal usianya saat ini masih 25 tahun. Dalam perbincangan yang ceria siang itu, pemuda yang akrab disapa Roger ini mengisahkan, keberhasilan itu diawali dari cerita pedih. Yakni saat usianya 22 tahun. Kala itu, musibah menimpa keluarganya secara bertubi-tubi. Hingga membuat orang tua Roger mempunyai utang hingga senilai Rp 250 juta.

Keadaan ini memicu sang ibu, Jamila, sakit-sakitan hingga meninggal pada 2015 silam. Tak berhenti disitu. Kepergian perempuan yang dia sayangi itu membuatnya tertekan. Apalagi, tak berselang lama, ayahnya, Ahmad Huzaini, juga mengalami kecelakaan, dan divonis lumpuh oleh dokter. Beberapa waktu berjalan, sang ayah terserang kadar gula tinggi.

Terus-terusan tertimpa musibah, Roger yang awalnya frustasi dan nyaris bunuh diri ini kemudian bangkit. Anak tunggal ini berharap, orang tua satu-satunya bisa sembuh. Ini lantas membuatnya berfikir keras untuk mendapatkan obat mujarab, tapi murah. Sampai dirinya melakukan uji coba secara mandiri untuk mengurangi kadar gula ayahnya ini.

Kemudian hari, dia menemukan buah salak. Kulit buah yang bertekstur keras ini diolah untuk menurunkan kadar gula sang ayah. Rupanya, obat ini cukup mujarab. Apalagi, bahan bakunya juga gampang diperoleh dari Desa Bagorejo, Gumukmas. Sekitar 10 menit perjalanan motor dari tempat tinggalnya di Desa Mlokorejo, Puger.

“Semula saya mengolah kulit salak. Saya ekstraksi menjadi seduhan serupa kopi. Ternyata minuman ini mampu menurunkan kadar gula darah abah (ayah, red). Awalnya 360 turun menjadi 300,” katanya, saat bertemu di sebuah kantin di sudut kampus Universitas Islam Jember (UIJ) kemarin.

Pria yang memiliki tinggi 198 cm ini kemudian mengembangkan temuannya itu. Dia mengolah buah salak agar bisa dimanfaatkan untuk obat, serta bernilai ekonomi. Berangkat dari ketekunannya itulah, mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian UIJ tersebut lantas mengolah semua yang ada pada buah salak menjadi produk yang bisa dijual. Mulai dari kulit, biji hingga daging salak. Semuanya dimanfaatkan hingga buah itu tak menyisakan limbah sama sekali.

Kulit salak dia bikin produk bernama Kokusa, akronim dari kopi kulit salak. Sedangkan bijinya diolah menjadi Ferbisa, atau fermentasi biji salak. Hasil fermentasi ini diyakininya mampu mencegah maupun mengobati kolesterol, asam urat, dan hipertensi. Sedangkan daging salak, dia jadikan produk bernama Sunrise, sebuah produk serupa permen.

“Sunrise ini bisa mengobati rasa galau para pemuda-pemudi yang resah,” kelakarnya mencairkan suasana. Beragam olahannya ini, kemudian dia ikutkan kompetisi DSC tahun lalu. Ajang mencari bibit pengusaha muda yang dilakukan oleh sebuah perusahaan rokok tersebut menetapkannya menjadi satu dari tujuh orang pemenang.

Bersama para pemenang yang lain, dia pun berhak mendapat uang pembinaan yang total nilainya mencapai Rp 2 miliar. Tak hanya itu, dirinya juga berhak mendapat pendampingan menjalankan usaha dari perusahaan itu selama dua tahun ke depan. “Pendampingannya dimulai tahun ini, hingga akhir 2019 mendatang,” jelasnya.

Berkat ketekunannya ini, Roger juga menyabet perhargaan lain di luar negeri. Pecinta permainan catur itu mengaku pernah menjadi Kandidat Innova di ajang The International Engineering Invention Innovation Exhibition (i-ENVEX) 2016, di University Malaysia Perlis. Terbaru, dia dinobatkan sebagai salah satu pemuda berprestasi dan memperoleh penghargaan dari Bupati Jember Faida.

Saat ini, bisnis pemuda yang juga membuka usaha jamu tradisional ini semakin moncer. Penghasilannya setiap bulan mencapai Rp 12 juta dengan omset usahanya mencapai 18 juta per bulan. Kesuksesannya ini, tak hanya mengantarkan Roger meraih sejumlah prestasi, tapi kehangatan keluarga yang dulu sempat hilang kini kembali hadir di rumahnya.

Rumah yang dulu sempat terjual karena utang telah terbeli kembali. Sedangkan sang ayah yang sempat mengalami kelumpuhan juga berangsur pulih. “Semoga usaha ini bisa memberi manfaat tak hanya bagi saya dan keluarga, tapi juga para tetangga dan orang lain,” harapnya. (ram)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Konten dilindungi ...
0
Anda suka tulisan ini.? Silahkan komenx
()
x