![]() |
![]() |
MENCERAHKAN: Gus Aab memberikan tausiah terkait Islam Nusantara di Masjid Kampus UIJ, di Jalan Kali Mojo, Kaliwates, kemarin (16/9).Foto.NUR HARIRI/RADAR JEMBER
KALIWATES – Hari terakhir pelaksanaan pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB) di Universitas Islam Jember (UIJ), diisi diskusi tentang Islam Nusantara, kemarin (16/9). Ada lebih dari dari 500 mahasiswa baru yang mendapat pencerahan langsung dari DR KH Abdullah Syamsul Arifin, MHI di masjid setempat.
Pria yang akrab disapa Gus Aab memulai ceramahnya dengan bercerita awal diteguhkannya istilah Islam Nusantara. Itu terjadi pada saat muktamar ke-32 di Kabupaten Jombang. “Awalnya banyak pertentangan. Ada yang memandang Islam bisa terkota-kotak dan ada yang mendukung,” ucap pria yang juga menjadi Ketua Yayasan di UIJ itu.
Gus Aab membeber bahwa Islam Nusantara tidak mengkotak-kotakkan Islam dan bukan pula anti Arab. Akan tetapi, Islam Nusantara hanya sebuah destinasi (kawasan spesifik) dengan berbagai varian kebudayaan yang ada di Indonesia. Sehingga, Islam di mana pun bisa diterima dengan kearifan lokal yang ada di Indonesia dan Jember khususnya. Namun, Islam harus tetap berprinsip rahmatan lil’alamin.
“Secara prinsip, Islam satu dan universal. Aktualisasi dan manifestasinya yang beragam. Keragaman tersebut tidak bisa dilepaskan dari budaya, konstruksi sosial, dan geo politik,” tegas Pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin, Desa Curahkalong, Kecamatan Bangsalsari itu.
Dengan begitu, Islam Indonesia yang merupakan varian keberagaman, menurut Gus Aab Islam tidak harus sama dengan tempat lain termasuk di tempat turunnya kali pertama ajaran Islam yaitu di Arab Saudi. “Islam Nusantara adalah Integrasi antara ajaran agama dengan nilai luhur budaya bangsa,” ucapnya.
Untuk mengurai apa Islam yang dimaksudkan, Gus Aab memberi sejumlah contoh. Di antaranya, halal bihalal yang diambil dari bahasa Arab, tetapi bukan kebudayaan bangsa Arab dan hanya ada di Indonesia. “Orang Arab (tinggal di Arab) tidak mengerti dengan halal bi halal, kecuali mereka pernah datang ke Indonesia. Hahal bihalal ini ditradisikan di Indonesia. Apa yang dikemas?, silaturahmi dan maaf-memaafkan,” jelasnya.
Contoh lain yang saat ini nge-trend yaitu salawatan. Menurut Gus Aab, salawatan adalah tradisinya sedangkan isinya adalah orang yang membaca salawat. “Salawatan itu tradisi, karena dibaca bersama. Salawat adalah syariahnya,” imbuhnya.
Untuk memberi pencerahan yang lebih ditail, Gus Aab kembali memberi contoh. Menurutnya, air mineral bisa dikemas menggunakan wadah apa pun. Bila orang suka menggunakan plastui maka air bisa masuk ke botol plastik. “Kalau orang sudah biasa pakai tanah, maka kendi pilihan terbaik. Kalau orang suka minum air dengan beling, maka gelas jadi wadah terbaik, isinya ya tetap air. Kemasan boleh beda, wadah boleh beda, tetapi airnya tetap sama. Kalau air dalam borol mau dimasukkan ke kendi, maka masukkan airnya saja, jangan botolnya ikut dimasukikan ke kendi, bisa pecah,” bebernya.
Dengan memahami betul isi dan wadah, maka siapa saja harus menjadikan menjadikan Islam sebagai pandega. “Budaya kita dengan di Arab berbeda. Maka, tarik ajarannya, tinggalkan wadahnya. Jangan tarik dengan budayanya. Budaya di Indonesia sama tinggi dengan budaya di Arab,” jelasnya.
Gus Aab juga memberi contoh tahlilan sebagai tradisi, tetapi isinya adalah orang-orang yang bertahlil dan mendoakan orang mati. Begitu pula dengan tradisi yasinan yang berisi orang-orang yang membaca Surat Yasin. “Jadi yang tidak boleh dirubah adalah Ibadah Mahdhah (perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya), tetapi untuk puji-pujian tidak apa-apa,” paparnya.
Alam pertemuan itu Gus Aab juga menyinggung adanya kelompok radikal yang beberapa kali terjadi di Indonesia. Menurutnya, Khilafah Islamiyah sudah selesai di masa empat sahabat nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidina Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. “Sekarang di Arab bukan Khilafah Islamiyah, tetapi disana berbentuk kerajaan,” pungkasnya sambil berharap agar ratusan mahasiswa UIJ ke depan menjadi orang-orang militan dengan Aswajanya.
Sementara itu Ketua PKKMB, Moh. Qurtubi yang juga Wakil Rektor 1 UIJ menyampaikan, PKKMB dimaksudkan untuk pembekalan pembudayaan akademik di perguruan tinggi secara umum. “Buka pembekalan kebudayaan kampus, tetapi pembekalan pembudayaan akademik,” ujarnya.
Dikatakan, ratusan mahasiswa tersebut akan megikuti malam inagurasi sebelum diserahkan ke masing-masing fakultas. “Setelah dari tingkat universitas ini, mahasiswa juga mendapat pembekalan dari fakultasnya masing-masing,” pungkasnya. (mg3/sh)