Universitas Islam Jember

Urban Farming Solusi Keterbatasan Lahan

BANGGA: Warga PKK RT 45 dan RT 46, Perumahan Bumimoro di Desa Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono, Lumajang, didamping Ir. Hj. Nanik Furoidah, MP dan Ir. Muh. Juhan, MP, usai melakukan uji coba urban farming. Foto. Humas Faperta UIJ for Radar Jember

Cara Warga Kota Bisa Bercocok Tanam Moderen

JEMBER-Masyarat penggemar bercocok tanam kini tak perlu pusing soal lahan pertanian, Pasalnya, saat ini telah dikenal pola baru tanam, yakni urban farming. Yakni, konsep pengembangan pertanian di wilayah perkotaan dengan memanfaatkan lahan, maupun ruang yang terbatas, untuk menghasilkan produksi pertanian, dengan sasaran utama masyarakat urban.

Konsep tersebut muncul dan berkembang begitu cepat akhir-akhir ini serta menjadi trend hampir di seluruh perkotaan dunia, yang didasari masalah makin meningkatnya alih fungsi lahan, baik untuk pengembangan wilayah perkotaan maupun untuk hunian, destinasi wisata, tempat pendidikan, perkantoran maupun  kegiatan perekonomian.

Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Jember (UIJ) telah melakukan kegiatan urban farming dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat Lumajang. Yakni, di Desa Dawuhan Lor (RT 45 dan RT 46), dengan ketua pelaksana Ir. Hj. Nanik Furoidah, MP, dan anggota Ir M. Juhan, MP, selama lebih kurang 6 bulan.  PKM ini dilakukan dengan cara sosialisasi pada warga, sekaligus diberi pelatihan soft skill dengan memberikan materi urban farming pada peserta.

Tujuannya, kata Ir Nanik Furoidah, MP, pembimbingnya, untuk meningkatkan pengetahuan peserta tentang teknologi budidaya tanaman, baik pertanian portabel maupun hidroponik. Sebab, kata dia, pertumbuhan penduduk semakin tinggi, dan lahan pertanian di wilayah perkotaan semakin sempit, perlu solusi bertani di lahan sempit, dengan menggunakan pot atau polibag, serta dapat memanfaatkan bahan recycle, baik dari plastik, kaleng maupun bahan kaca/gelas.

Manfaat dari pelatihan soft skill, kata dosen Faperta UIJ ini,   peserta lebih memahami cara bercocok tanam di pot/polibag, dengan komposisi media tanam yang seimbang, cara budidaya hidroponik sederhana, serta cara pemeliharaan tanaman  dengan lebih baik.” Selain itu dilakukan pelatihan demplot membuat kompos dan hidroponik,” tutur Nanik, panggilan akrabnya.

Kegiatan sosialisasi urban farming tersebut, lanjut alumnus Faperta Unej ini, dilakukan pada kelompok PKK RT 45 dan RT 46, Perumahan Bumimoro, di Desa Dawuhan Lor, Kecamatan Sukodono, Lumajang. Sebab, kelompok PKK tersebut tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat, dengan perempuan sebagai penggeraknya. Pemberdayaan kelompok PKK ini, kata dia, sangat potensial untuk membantu dan mengisi pembangunan bangsa, salah satunya dengan kegiatan urban farming.

Menurut ibu empat anak ini, dalam skala rumah tangga, urban farming mempunyai potensi yang sangat besar untuk menciptakan lingkungan hunian yang asri, hijau, sejuk, dengan adanya kontribusi O2 dari tanaman. Selain secara estetika, kata dia, juga sangat enak dipandang mata, serta sangat ramah lingkungan. Sebab, produk tanaman yang dihasilkan tidak memerlukan mata rantai distribusi yang panjang, sehingga menghemat biaya transportasi sekaligus mengurangi polusi udara maupun bahan kimia.

Yang tidak kalah pentingnya, lanjut dia, tanaman yang dikonsumsi jauh lebih segar, bersih, aman, dan sehat, karena bebas dari pestisida. Hal inilah yang menjadi trigger bahwa urban farming sebagai bentuk keamanan dan ketahanan pangan keluarga sangat berperan dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Program tersebut, kata Nanik,  dilakukan dengan cara monitoring, serta evaluasi hasil kegiatan secara berkala serta aktif berkomunikasi dengan kader ketahanan pangan keluarga  maupun dengan kelompok PKK. Selama enam bulan kegiatan, tanaman stroberi dari stolon (pembiakan vegetatif) sudah berbuah, lanjut dia,  dan memberikan hasil yang signifikan. Yakni, setiap bibit yang telah ditanam menghasilkan calon bibit lagi yang lebih banyak. Bahkan, berhasil dilakukan penanaman baik di pot, secara vertikultur di dinding pagar, dan memberikan kesan lingkungan sebagai kampung stroberi. (kl/sh)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
error: Konten dilindungi ...
0
Anda suka tulisan ini.? Silahkan komenx
()
x